Senja telah menutup mata. Malam ini ku tak nyenyak tuk pejamkan mata, tawuran kucing mengganggu fikiranku dari mengingat bayangmu, ku tabuh kopi dan ku hidupkan rokok. Dalam kepulan asap aku pergi dalam bait yang ku pijat pada dua lembar sajak
Hatiku berbicara :
Rasanya aku takkan bisa memiliki mu
hanya bayangan mu saja
yang selalu hadir dalam kehampaanku
membuat jantungku berdetak
dan rasanya sesak, itu tak nyaman
Entah harus bagaimana aku tak tahu
aku ingin rasanya menghilangkan rasa ini
aku mengusahakannya, tapi makin dalam
dan dalam sekali.
Andaikan ada seorang yang pintar
aku mau ini berakhir.
Siapa sih kamu?
Apa sih yang berarti darimu bagiku?
Mungkin aku harus menjernihkan
endapan bayangmu dihatiku
tapi itu tak mungkin, mungkin sudah
menyatu dengan jantungku.
Oh sungguh Tuhan
jika boleh tolong sandarkan pundak-Mu Tuhan
sebentar saja,
hatiku tak tahan menahan air hujan
dan itu adalah sungai ratapan yang panjang
mungkin ini dosa ataupun karunia-Mu
aku tak mampu menterjemahkannya
dan sepanjang malam aku merasakannya
hal itu membuatku sakit, sakit yang dalam sekali.
Tanganku gugup saat ini, mataku berkaca-kaca; tolong angin cepat keringkan.
Sejenak, terdiam, membisu, yang kudengar lagu-lagu keputusasaan. Jiwaku berenang pada lautan ketakmampuan, hampa.
Setelah reda ku hidupkan rokok kembali. Kembali lagi kepulan asap mengajak ku terbang dalam kehampaan dan kepenatan, perasaanku mulai ngelantur pada seonggok bayangan
Dan berkata:
Kalau kau laki-laki pasti ku ajak tawuran
tapi kau seorang gadis
Andaikan kau gadis biasa
kan ku robek serat jantungmu dan
kucincang lalu ku tebar dagingmu
di gurun Afrika yang singanya punya perut kosong
sayangnya kau gadis yang sangat sangat aku sayangi
dan aku tak rela melakukanmu seperti itu
lebih baik jiwaku hancur dan
aku rela menangis sepanjang malam
biar ruangan ini banjir akan
air ketakmampuanku
sungguh, sungguh aku tak rela
dan aku tak rela
Oh Tuhan, bukan kah ini dosa
tapi entah aku tak ingat apakah
hal ini dosa atupun sebangsanya.
Hidupku males, rasanya aku... aku...
muak dengan seperti ini.
Aku sungguh salah
waktu dulu aku berdo’a semoga
aku bisa menyangi seorang wanita seperti ini.
Marahku pendam, walaupun
rasanya telah beratus kali kau mengiris perasaanku
aku rela, aku kan bukan sesuatu yang
begitu hebat dihatimu.
tapi kau begitu harum di taman bungaku
dan bersinar diantara bintang langit malamku
Tuhaaaaaaaan Tuhan. Kau puas? Tuhan tolong kau jawab?
Kaukan yang menyuruh bayangannya datang?
Kau juga pula yang menyuruh ia datang dalam mimpiku?
Oh Tuhaaaaan Tuhan..
Kau ini, bagaimana; mau menyangkal yah?
Kau kan yang membuatku merasakan ini?
Oh mohon ampun Tuhan!
Aku tak pantas berkata seperti itu
Selamatkan aku Tuhan, tolong Tuhan!
Itu cuma kekesalanku, aku tak tahan... tak tahan Tuhan
Sebenarnya aku tak rela dia pergi, kembalikan ujian ini ke semula, biar aku hadapi dengan sabar, bagaimanapun dia telah menyakitiku, maafkanlah dia Tuhan, biarlah aku yang menanggung dosanya, itu kesalahanku karena aku telah memilihnya untuk kujadikan sinar yang selalu menyinari hidupku untuk berbakti pada-Mu, dan tolong bahagiakan selalu dia, karena aku sangat mencintainya. Dan saat ini aku masih sayang dan semakin menyayanginya.
Dalam ketakmampuan mendapatkan
Rasa sayangnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Give your comment!